KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bimbingan
Konseling yang
telah menugasi dan memotivasi saya untuk menyusun karya ilmiah (makalah) ini.
Penulis
membuat makalah ini karena dengan alasan kuat yaitu diantaranya; mempermudah
mahasiswa atau siapa saja yang mau mempelajari landasan
bimbingan konseling.
Makalah ini masih kurang sempurna sehingga penulis memerlukan
penyempurnaan dan perbaikan. Ini diakibatkan adanya kendala yang dihadapi oleh oleh penulis pada saat
menyusunnya. Karena itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat
saya harapkan demi penyempurnaannya. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih dan selamat membaca.Palopo, 19 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................
KATA
PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan makalah.......................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Filosofis..................................................................... 2
2.2 Landasan Religius...................................................................... 6
2.3 Landasan
Psikologis................................................................... 8
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulann.................................................................................. 15
3.2 Saran.......................................................................................... 15
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Landasan dalam bimbingan dan konseling
pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk
dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fondasi yang kuat dan tahan
lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh, maka bangunan
itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan
bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fondasi atau landasan yang
kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling
itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya
(klien).
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di
uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa itu landasan filosofis?
2.
Apa itu landasan religius?
3.
Apa itu landasan psikologis?
1.3
Tujuan Makalah
Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
empiris tentang:
1.
Mengetahui landasan filosofis
bimbingan dan konseling.
2.
Mengetahui landasan religius
bimbingan dan konseling.
3.
Mengetahui landasan psikologis bimbingan
dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan filosofis
Kata
filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos berarti cinta, dan
shopia berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap
kebijaksanaan. Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan
arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis,
etis maupun estetis.
John
J. Pietrofesa et.al. (1980: 30-31) dalam (Yusuf, 2010) mengemukakan bahwa
terdapat beberapa prinsip yang berkaitan dengan landasan filosofis dalam
bimbingan, yaitu sebagai berikut :
a.
Objective
Viewing. Dalam hal ini konselor membantu klien agar memperoleh suatu perspektif
tentang masalah khusus yang dialaminya, dan membantunya untuk menilai atau
mengkaji berbagai alternatifi atau strategi kegiatan yang memungkinkan klien
mampu merespon interes, minat atau keinginannya secara konstruktif.
b.
The
Counselor must have the best interest of the client at heart. Dalam hal ini
konselor harus merasa puas dalam membantu klien mengatasi masalahnya. Konselor
menggunakan keterampilan untuk membantu klien dalam upaya mengembangkan
keterampilan klien dalam mengatasi masalah (coping) dan keterampilan hidupnya
(life skills).
John
J. Pietrofesa et.al. (1980) dalam (Yusuf, 2010) selanjutnya mengemukakan
pendapat James Cribbin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan
sebagai berikut. :
a.
Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan keilmuan dan harga
diri individu (klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b.
Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya
bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.
c.
Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta
bantuan atau pelayanan.
d.
Bimbingan bukan prerogratif kelompok khusus profesi kesehatan mental.
Bimbingan dilaaksanakan melalui kerjasama, yang masing-masing bekerja
berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri
e.
Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi
dirinya
f.
Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi, personalisasi
dan sosialisasi.
Pelayanan bimbingan dan konseling
meliputi serangkaian kegiataan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan
tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran filosofis tentang
berbagai hal yang bersangkut-paut dalam pelayanan bimbingan dan koseling.
Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan
bimbingan dab koseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu
membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam membuat keputusan
yang tepat. Di samping itu pemikiran dan pemahaman filosif juga memungkinkan
konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, serta
lebih afektif dalam penerapan upaya pemberian bantuannya (Belkin, 1975). Di
sini akan diuraikan beberapa pemikiran filosofis yang selalu terkait dalam
pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang hakikat manusia, tujuan dan
tugas kehidupan.
1.
Hakikat Manusia
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:140) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:140) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
a.
Manusia adalah makhluk rasional
yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan
dirinya.
b.
Manusia dapat belajar mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha
memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c.
Manusia berusaha terus-menerus
memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
d.
Manusia dilahirkan dengan potensi
untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan
dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
e.
Manusia memiliki dimensi fisik,
psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
f.
Manusia akan menjalani
tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan
tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g.
Manusia adalah unik dalam arti
manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
h.
Manusia adalah bebas merdeka
dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut
perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan
menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.
i.
Manusia pada hakikatnya positif,
yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan
terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
2.
Tujuan dan Tugas Kehidupan
Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002) mengemukakan bahwa ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori, yaitu:
Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002) mengemukakan bahwa ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori, yaitu:
a.
Spiritualitas
Agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. Agama sebagai sumber moral, etika dan aturan-aturan formal berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup manusia.
Agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. Agama sebagai sumber moral, etika dan aturan-aturan formal berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup manusia.
b.
Pengaturan diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri (1) rasa diri berguna, (2) pengendalian diri, (3) pandangan realistik, (4) spontanitas dan kepekaan emosional, (5) kemampuan rekayasa intelektual, (6) pemecahan masalah, (7) kreatif, (8) kemampuan berhumor dan, (9) kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri (1) rasa diri berguna, (2) pengendalian diri, (3) pandangan realistik, (4) spontanitas dan kepekaan emosional, (5) kemampuan rekayasa intelektual, (6) pemecahan masalah, (7) kreatif, (8) kemampuan berhumor dan, (9) kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.
c.
Bekerja
Untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial yang kesemuanya itu akan menunjang kehidupan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.
Untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial yang kesemuanya itu akan menunjang kehidupan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.
d.
Persahabatan
Persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu (1) dukungan emosional (2) dukungan material, dan (3) dukungan informasi.
Persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu (1) dukungan emosional (2) dukungan material, dan (3) dukungan informasi.
e.
Cinta
Penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2004:144) menemukan bahwa pasangan hidup suami istri, anak dan teman merupakan tiga pilar utama bagi keseluruhan pencipta kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling.
Penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2004:144) menemukan bahwa pasangan hidup suami istri, anak dan teman merupakan tiga pilar utama bagi keseluruhan pencipta kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling.
2.2 Landasan
Religius
Dalam
landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan pada 3 hal
pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan,
(2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah
dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan
berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya
serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk
perkembangan dan pemecahan masalah individu.
1.
Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
2.
Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
3.
Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.
2.3
Landasan Psikologis
Psikologis merupakan kajian tentang
tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan & konseling
berarti memberikan pemahaman tentang
tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini
sangat penting karena bidang garapan bimbingan & konseling adalah tingkah
laku klien, yaitu tingkah laku klien
uang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah
yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikhendakinya.
Untuk keperluan bimbingan
& konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologis perlu di kuasai,
yaitu :
1.
Motif dan motivasi
2.
Pembawaan dasar dan
lingkungan
3.
Perkembangan individu
4.
Belajar, balikan dan
penguatan dan
5.
Kepribadian
1.
Motif dan Motivasi
Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang
bertingkah laku. Dorangan hidup pada diri seseorang dan setiap kali mengusik
serta menggerakan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
terkandung di dalam dorongan itu sendiri.
Para ahli
umumnya sepakat akan adanya dua penggolongan motif, yaitu motif yang bersifat
primer dan yang bersifat skunder. Motif primer sidasari oleh kebutuhan asli
yang sejak semula telah ada pada diri setiap individu sejak ia terlahir ke
dunia, seperti kebutuhan untuk menghilangkan rasa lapar dan haus serta
kebutuhan akan udara bersih. Kebutuhan-kebutuhan tersebut secara mendasar harus
terpenuhi, sebab kalai tidak, tantangannya adalah maaut. Motif primer itu ada
pada setiap orang atau sering kali pemenuhannya tidak dapat ditunda-tunda.
Sedangkan motif sekunder tidak di bawa sejak lahir, melainkan terbentuk
bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif sekunder
ini berkembang berkat adanya usaha belajar. Karena belajar individu terdorong
untuk melakukan berbagai hal.
Motivasi
erat sekali hubungannya dengan perhatian. Tingkah laku yang didasari oleh motif
tertentu biasanya terarah pada suatu objek yang sesuai dengan isi atau tema
kandungan motifnya. Berkenaan dengan kaitan antara motif dan objek tingkah
laku, dikenal adanya motif yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Motif
intrinsik dapt ditemui apabila isi atau tema pokok tngkah laku bersesuai dengan
atau berada di dalam isi atau tema pokok objek tingkah laku itu. Sedangkan
motif ekstrinsik dapat dijumpai apabila isi atau tema pokok tingkahlaku tidak
bersesuaian atau berada di luar isi atau tema pokok objeknya. Dalam motif
ekstrinsik, objek tingkah laku seolah-olah hanya menjadi sekadar jembatan atau
perantara bagi terjangkaunya isi atau tema pokok yang lain di luar atau tema
pokok objek langsung tingkah laku tersebut.
2.
Pembawaan dan Lingkungan
Setiap
individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu. Apa
yang dibawa sejak lahir itu sering disebut pembawaan. Dalam artinya yang luas
pembawaan meliputi berbagai hak, seperti warna kulit, bentuk, dan warna rambut,
golongan darah, kecenderungan pertumbuhan fisik, minat, bakat khusus,
kecerdasan, kecenderungan ciri-ciri kepribadian tertentu. Kerentanan terhadap penyakit tertentu sering kali juga dikaitkan dengan
pembawaan. Pembawaan itu diturunkan melalui pembawaan sifat terbentuk segera
setelah sel telur dari ibu bersatu dengan sel sperma dari ayah pada saat
konsepsi
Pembawaan
dan lingkungan masing-masing individu tidaklah sama. Ada pembawaan yang tinggi,
sedang, kurang, dan bahkan kurang sekali. Kadang-kadang kita jumpai individu
dengan inteligensi yang amat tinggi (genius). Bakat yang amat istemewa atau
pembawaan yang luar biasa bagusnya itu merupakan anugerah dari tuhan.
Sebaliknya kadang-kadang kita jumpai pula individu dengan inteligensi yang amat
rendah. Pembawaan yang luar biasa rendahnya ini juga merupakan amanah dari
tuhan, untuk tidak disia-siakan dan untuk mendapatkan penangan yang memadai
sesaui dengan kemuliaan kemanusiaan.
3.
Perkembangan Individu
Sejak
masa konsepsi dalam rahim ibu bakal individu yang telah ditakdirkan ada itu
berkembang menjadi janin, janin menjadi bayi, bayi lahir ke dunia; terus
berkembang menjadi anak kecil, anak usia SD, remaja, dewasa, akhirnya manusia
usia lanjut. Dengan demikian jelas bahwa perkembagan individu itu tidak sekali
jadi, melainkan bertahap berkesinambungan.
Masing-masing aspek perkembangan, seperti perkembangan kognitif/kecerdasan, bahasa, moral, hubungan sosial, fisik,
kemampuan motorik memiliki tahap perkembangannya sendiri. Di samping itu,
hukum-hukum perkembangan berlaku bagi perkembangan berlaku bagi perkembangan
segenap aspek itu secara menyeluruh, termasuk di dalmnya peranan faktor-faktor
pembawaan dan lingkungan.
Menurut
Havighurst tugas-tugas perkembangan tersusun menurut suatu pola tertentu dan
secara keseluruhan saling terkait. Tugas-tugas perkembangan tersebut dibentuk
oleh unsur-unsur biologis, psikologis, dan kultural yang ada pada diri dan
lingkungan individu. Selengkapnya tugas-tugas perkembangan manusia, sejak lahir
sampai dengan dewasa adalah :
1)
Tugas perkembangan masa
bayi dan kanak-kanak (0-5 tahun)
a.
Belajar berjalan
b.
Belajar memakan makanan
padat
c.
Dll
2)
Tugas perkembangan
anak-anak(6-11 tahun)
a.
Mempelajari keterampilan
fisik yang perlu untk berbagai permainan sederhana.
b.
Membina sikap hidup sehat,
untuk diri sendiri dan lingkungan
c.
Belajar bergaul dengan
teman sebaya.
d.
Belajar menjalankan peranan
sosial yang tepat sesuai dengan jenis kelaminnya
e.
Dll
3)
Tugas perkembangan masa
remaja (12-18 ntahun)
a.
Mencapai hubngan-hubungan
yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya antarjenis kelamin yang sama dan
berbeda
b.
Mencapai peranan sosial
sebgai pria dan wanita
c.
Menerima kesatuan tubuh
sebagaimana adanya dan menggunakannya secara afektif
d.
Mencapai kemerdekaan
emosional terhadap orang tua dan orang deasa lainnya.
e.
Mencapai keadaan dimilikina
jaminan untuk kemerdekaan ekonomi
f.
Memili dan mempersiapkan
diri untuk suatu pekerjaan
g.
Dll
4)
Tugas perkembangan masa
dewasa awal (19-30 rtahun)
a.
Memilih pasangan hidup
b.
Belajar hidup dengan
pasangan dalam ikatan perkawinan
c.
Memulai kehidupan
berkeluarga
d.
Memelihara dan mendidik
anak
e.
Mengelola rumah tangga
f.
Milai menjalani karier
tertentu
g.
Dll
4.
Belajar, balikan, dan
penguatan
Belajar merupakan salah
satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Peristiwa belajar terentang dari
bentuk-bentuk belajar yang ditandai oleh perubahan tingkah laku yang amat
sederhana sebagai hasil latihan singkat samapi dengan proses mental tinggi.
Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan
memanfaatkan apa yang sudah ada pada diri individu. Pengusaan sesuatu yang baru
itulah tujuan belajar, dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda
perkembangan.
Pemberian
penguatan dilakukan memakai pernyataan berkenaan dengan hal-hal posittif yang
ada pada diri individu, khususnya berkenaan dengan kegiataan belajarnya itu;
misalnya pernyataan tentang motivasi belajarnya cukup tinggi, hasil belajarnya
bagus, caranya menjawab soal-soal cermat, bahasanya lancar, pekerjaanya rapi,
dan sebagainya
Berbagai
model belajar telah di kembangkan oleh para ahli, anara lain model belajar yang
di dasarkan pada teori pembiasaan dan keterpaduan (conditioning dan
conectionisme theories), teori gestalt (gestahlt theories), teori perkembangan
keognisi, teori proses informasi, peoses peniruan. Teori-teori itu perlu
dikanal oleh konselor dan di pahami berbagai kemungkinaan penerapannya bagi
pngembangan kegiatan belajar klien.
5.
Kepribadian
Sering di katakan bahwa
ciri seseorang adalah kepribadiannya. Dalam khasanah psikologi rumusan yang
satu tentang kepribadian agaknya masih sulit di capai. Mengenai pengertian kepribadian ini, para ahli psikologi umumnya
memusatkan perhatian pada faktor-faktor fisik dan genetika, berpikir dan
pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan (Mussen &
Rosenzweiq).
Wiggins,
Renner, Clore, & Rose (1976) mengupas tentang kepribadian dengan melihat hakikat tingkah laku dan
perkembangannya secara menyeluruh, para penulis melihat perlunya mengkaji
faktor-faktor biologis, kenyataan eksperimental, pengaruh sosial, dan
pendekatan psikometrik dalam upaya memahami kepribadian individu.
Meskipun
Hothersall (1985) mencoba merumuskan kepribadian sebagai “Predisposisi cara
meraksi yang secara relatif stabil pada diri individu”, namun dapat dipahami
bahwa kepribadian individu itu amat kompleks. Dalam kaitan itu, konselor
nubgkin cenderung tertarik pada tipologi kepribadian yang memberikan arah pada
pemahaman terhadap ciri-ciri kepribadian tertentu, misalnya ciri-ciri
kepribadian berdasarkan bentuk tubuh, sikap keterbukaan-ketertutupan, “cairan”
yang ada pada tubuh, dan lain-lain
Uraian
yang panjang lebar tentang landasan psikologis mengisyaratkan bahwa tidak
mungkin bagi seorang konselor dapat berfungsi secara afektif dan tepat
memanfaatkan kaidah-kaidah filsafat dan psikologis (Belkin,1976).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan
:
1.
Landasan
bimbingan & konseling ini merupakan cara guru untuk memahami tingkah laku
dan sikap yang aneh ada ketika proses belajar mengajar berlangsung.
2.
Landasan
bimbingan & konseling meliputi : landasan filosofis, landasan religius, dan
landasan psikologis.
3.
Landasan
filosifis meliputi : hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan.
4.
Landasan
religius meliputi : manusia sebagai makhluk tuhan, sikap keberagamaan, dan peranan agama.
5.
Landasan
psikologis meliputi : motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan,
perkembangan individu, dan belajar, balikan dan penguatan.
3.2 Saran
Gunakan
landasan bimbingan & konseling ini sebagai pedoman untuk menilai sikap
siswa di dalam kelas.
a.
Belajar
menjadi guru mengerti keadaan bukan mengerti apa yang di lihat.
b.
Selalu
menjadi guru yang bijaksana dalam mengambil setiap keputusan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2015. Landasan Filosofis Bimbingan
Konseling. (Online). http://knowledgeisfreee.blogspot.co.id/2015/12/nakalah-landasan-filosofis-bimbingan.html. Diakses pada tanggal
19 Oktober 2016
Anonim.
2015. Landasan Psikologis Bimbingan
Konseling. (Online). http://topictupic.blogspot.co.id/p/blog-page_1062.html.
Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016
Sugiarto,
Icha. 2015. Landasan Religius Bimbingan Konseling.
(Online). http://ichasugiarto.blogspot.co.id/2012/02/makalah-landasan-bimbingan-dan.htmlwww.ut.ac.id.
Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016
Susanto,
Diana. 2015. Landasan Filosofis Bimbingan
Konseling. (Online). http://dianasusanto.blogspot.co.id/2013/12/makalah-landasan-dan-bimbingan-konseling.html.
Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016
0 komentar :
Posting Komentar