Selamat Datang di Blog sederhana ini dan jangan lupa komentar,Terima Kasih

Landasan Filosofis, Religius, Psikologis Bimbingan Konseling


KATA PENGANTAR

          Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah menugasi dan memotivasi saya untuk menyusun karya ilmiah (makalah) ini.
          Penulis membuat makalah ini karena dengan alasan kuat yaitu diantaranya; mempermudah mahasiswa atau siapa saja yang mau mempelajari landasan bimbingan konseling.
          Makalah ini masih kurang sempurna sehingga penulis memerlukan penyempurnaan dan perbaikan. Ini diakibatkan adanya kendala yang dihadapi oleh oleh penulis pada saat menyusunnya. Karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
saya harapkan demi penyempurnaannya. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan selamat membaca.



Palopo, 19 Oktober 2016


Penyusun


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................     
KATA PENGANTAR .............................................................................     i
DAFTAR ISI .............................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang............................................................................    1
1.2  Rumusan masalah.......................................................................    1
1.3  Tujuan makalah..........................................................................    1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Filosofis.....................................................................    2
2.2 Landasan Religius......................................................................    6
2.3 Landasan Psikologis...................................................................    8
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulann.................................................................................. 15
3.2 Saran.......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
          Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fondasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fondasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien).
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.         Apa itu landasan filosofis?
2.         Apa itu landasan religius?
3.         Apa itu landasan psikologis?
1.3  Tujuan Makalah
Penulisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empiris tentang:
1.         Mengetahui landasan filosofis bimbingan dan konseling.
2.         Mengetahui landasan religius bimbingan dan konseling.
3.         Mengetahui landasan psikologis bimbingan dan konseling.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan filosofis
          Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos berarti cinta, dan shopia berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan. Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
          John J. Pietrofesa et.al. (1980: 30-31) dalam (Yusuf, 2010) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang berkaitan dengan landasan filosofis dalam bimbingan, yaitu sebagai berikut :
a.       Objective Viewing. Dalam hal ini konselor membantu klien agar memperoleh suatu perspektif tentang masalah khusus yang dialaminya, dan membantunya untuk menilai atau mengkaji berbagai alternatifi atau strategi kegiatan yang memungkinkan klien mampu merespon interes, minat atau keinginannya secara konstruktif.
b.      The Counselor must have the best interest of the client at heart. Dalam hal ini konselor harus merasa puas dalam membantu klien mengatasi masalahnya. Konselor menggunakan keterampilan untuk membantu klien dalam upaya mengembangkan keterampilan klien dalam mengatasi masalah (coping) dan keterampilan hidupnya (life skills).

          John J. Pietrofesa et.al. (1980) dalam (Yusuf, 2010) selanjutnya mengemukakan pendapat James Cribbin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut. :
a.       Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan keilmuan dan harga diri individu (klien) dan atas hak-haknya untuk mendapat bantuan.
b.      Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya bimbingan merupakan bagian integral dalam pendidikan.
c.       Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap klien yang meminta bantuan atau pelayanan.
d.      Bimbingan bukan prerogratif kelompok khusus profesi kesehatan mental. Bimbingan dilaaksanakan melalui kerjasama, yang masing-masing bekerja berdasarkan keahlian atau kompetensinya sendiri
e.       Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya
f.       Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi, personalisasi dan sosialisasi.
          Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiataan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran filosofis tentang berbagai hal yang bersangkut-paut dalam pelayanan bimbingan dan koseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dab koseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam membuat keputusan yang tepat. Di samping itu pemikiran dan pemahaman filosif juga memungkinkan konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, serta lebih afektif dalam penerapan upaya pemberian bantuannya (Belkin, 1975). Di sini akan diuraikan beberapa pemikiran filosofis yang selalu terkait dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan.
1.      Hakikat Manusia
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno dan Erman Amti, 2004:140) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
a.       Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan   perkembangan dirinya.
b.      Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha    memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c.       Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
d.      Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
e.       Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
f.       Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g.      Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
h.      Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.
i.        Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
2.      Tujuan dan Tugas Kehidupan
Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002) mengemukakan bahwa ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori, yaitu:
a.       Spiritualitas
Agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. Agama sebagai sumber moral, etika dan aturan-aturan formal berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan kesucian hidup manusia.
b.      Pengaturan diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri (1) rasa diri berguna, (2) pengendalian diri, (3) pandangan realistik, (4) spontanitas dan kepekaan emosional, (5) kemampuan rekayasa intelektual, (6) pemecahan masalah, (7) kreatif, (8) kemampuan berhumor dan, (9) kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.
c.       Bekerja
Untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial yang kesemuanya itu akan menunjang kehidupan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.
d.      Persahabatan
Persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu (1) dukungan emosional (2) dukungan material, dan (3) dukungan informasi.
e.       Cinta
Penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2004:144) menemukan bahwa pasangan hidup suami istri, anak dan teman merupakan tiga pilar utama bagi keseluruhan pencipta kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling.
2.2 Landasan Religius
          Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan pada 3 hal pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan, (2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu.
1.      Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
2.      Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
3.      Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.



2.3 Landasan Psikologis
          Psikologis merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan & konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan & konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku klien uang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikhendakinya.
Untuk keperluan bimbingan & konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologis perlu di kuasai, yaitu :
1.      Motif dan motivasi
2.      Pembawaan dasar dan lingkungan
3.      Perkembangan individu
4.      Belajar, balikan dan penguatan dan
5.      Kepribadian

1.      Motif dan Motivasi
          Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorangan hidup pada diri seseorang dan setiap kali mengusik serta menggerakan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam dorongan itu sendiri.
Para ahli umumnya sepakat akan adanya dua penggolongan motif, yaitu motif yang bersifat primer dan yang bersifat skunder. Motif primer sidasari oleh kebutuhan asli yang sejak semula telah ada pada diri setiap individu sejak ia terlahir ke dunia, seperti kebutuhan untuk menghilangkan rasa lapar dan haus serta kebutuhan akan udara bersih. Kebutuhan-kebutuhan tersebut secara mendasar harus terpenuhi, sebab kalai tidak, tantangannya adalah maaut. Motif primer itu ada pada setiap orang atau sering kali pemenuhannya tidak dapat ditunda-tunda. Sedangkan motif sekunder tidak di bawa sejak lahir, melainkan terbentuk bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif sekunder ini berkembang berkat adanya usaha belajar. Karena belajar individu terdorong untuk melakukan berbagai hal.
Motivasi erat sekali hubungannya dengan perhatian. Tingkah laku yang didasari oleh motif tertentu biasanya terarah pada suatu objek yang sesuai dengan isi atau tema kandungan motifnya. Berkenaan dengan kaitan antara motif dan objek tingkah laku, dikenal adanya motif yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsik dapt ditemui apabila isi atau tema pokok tngkah laku bersesuai dengan atau berada di dalam isi atau tema pokok objek tingkah laku itu. Sedangkan motif ekstrinsik dapat dijumpai apabila isi atau tema pokok tingkahlaku tidak bersesuaian atau berada di luar isi atau tema pokok objeknya. Dalam motif ekstrinsik, objek tingkah laku seolah-olah hanya menjadi sekadar jembatan atau perantara bagi terjangkaunya isi atau tema pokok yang lain di luar atau tema pokok objek langsung tingkah laku tersebut.
2.      Pembawaan dan Lingkungan
          Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu. Apa yang dibawa sejak lahir itu sering disebut pembawaan. Dalam artinya yang luas pembawaan meliputi berbagai hak, seperti warna kulit, bentuk, dan warna rambut, golongan darah, kecenderungan pertumbuhan fisik, minat, bakat khusus, kecerdasan, kecenderungan ciri-ciri kepribadian tertentu. Kerentanan terhadap penyakit tertentu sering kali juga dikaitkan dengan pembawaan. Pembawaan itu diturunkan melalui pembawaan sifat terbentuk segera setelah sel telur dari ibu bersatu dengan sel sperma dari ayah pada saat konsepsi
Pembawaan dan lingkungan masing-masing individu tidaklah sama. Ada pembawaan yang tinggi, sedang, kurang, dan bahkan kurang sekali. Kadang-kadang kita jumpai individu dengan inteligensi yang amat tinggi (genius). Bakat yang amat istemewa atau pembawaan yang luar biasa bagusnya itu merupakan anugerah dari tuhan. Sebaliknya kadang-kadang kita jumpai pula individu dengan inteligensi yang amat rendah. Pembawaan yang luar biasa rendahnya ini juga merupakan amanah dari tuhan, untuk tidak disia-siakan dan untuk mendapatkan penangan yang memadai sesaui dengan kemuliaan kemanusiaan.
3.      Perkembangan Individu
          Sejak masa konsepsi dalam rahim ibu bakal individu yang telah ditakdirkan ada itu berkembang menjadi janin, janin menjadi bayi, bayi lahir ke dunia; terus berkembang menjadi anak kecil, anak usia SD, remaja, dewasa, akhirnya manusia usia lanjut. Dengan demikian jelas bahwa perkembagan individu itu tidak sekali jadi, melainkan bertahap berkesinambungan. Masing-masing aspek perkembangan, seperti perkembangan kognitif/kecerdasan, bahasa, moral, hubungan sosial, fisik, kemampuan motorik memiliki tahap perkembangannya sendiri. Di samping itu, hukum-hukum perkembangan berlaku bagi perkembangan berlaku bagi perkembangan segenap aspek itu secara menyeluruh, termasuk di dalmnya peranan faktor-faktor pembawaan dan lingkungan.
Menurut Havighurst tugas-tugas perkembangan tersusun menurut suatu pola tertentu dan secara keseluruhan saling terkait. Tugas-tugas perkembangan tersebut dibentuk oleh unsur-unsur biologis, psikologis, dan kultural yang ada pada diri dan lingkungan individu. Selengkapnya tugas-tugas perkembangan manusia, sejak lahir sampai dengan dewasa adalah :
1)      Tugas perkembangan masa bayi dan kanak-kanak (0-5 tahun)
a.       Belajar berjalan
b.      Belajar memakan makanan padat
c.       Dll
2)      Tugas perkembangan anak-anak(6-11 tahun)
a.       Mempelajari keterampilan fisik yang perlu untk berbagai permainan sederhana.
b.      Membina sikap hidup sehat, untuk diri sendiri dan lingkungan
c.       Belajar bergaul dengan teman sebaya.
d.      Belajar menjalankan peranan sosial yang tepat sesuai dengan jenis kelaminnya
e.       Dll
3)      Tugas perkembangan masa remaja (12-18 ntahun)
a.       Mencapai hubngan-hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya antarjenis kelamin yang sama dan berbeda
b.      Mencapai peranan sosial sebgai pria dan wanita
c.       Menerima kesatuan tubuh sebagaimana adanya dan menggunakannya secara afektif
d.      Mencapai kemerdekaan emosional terhadap orang tua dan orang deasa lainnya.
e.       Mencapai keadaan dimilikina jaminan untuk kemerdekaan ekonomi
f.       Memili dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
g.      Dll

4)      Tugas perkembangan masa dewasa awal (19-30 rtahun)
a.       Memilih pasangan hidup
b.      Belajar hidup dengan pasangan dalam ikatan perkawinan
c.       Memulai kehidupan berkeluarga
d.      Memelihara dan mendidik anak
e.       Mengelola rumah tangga
f.       Milai menjalani karier tertentu
g.      Dll
4.      Belajar, balikan, dan penguatan
          Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Peristiwa belajar terentang dari bentuk-bentuk belajar yang ditandai oleh perubahan tingkah laku yang amat sederhana sebagai hasil latihan singkat samapi dengan proses mental tinggi. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan apa yang sudah ada pada diri individu. Pengusaan sesuatu yang baru itulah tujuan belajar, dan pencapaian sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan.
Pemberian penguatan dilakukan memakai pernyataan berkenaan dengan hal-hal posittif yang ada pada diri individu, khususnya berkenaan dengan kegiataan belajarnya itu; misalnya pernyataan tentang motivasi belajarnya cukup tinggi, hasil belajarnya bagus, caranya menjawab soal-soal cermat, bahasanya lancar, pekerjaanya rapi, dan sebagainya
Berbagai model belajar telah di kembangkan oleh para ahli, anara lain model belajar yang di dasarkan pada teori pembiasaan dan keterpaduan (conditioning dan conectionisme theories), teori gestalt (gestahlt theories), teori perkembangan keognisi, teori proses informasi, peoses peniruan. Teori-teori itu perlu dikanal oleh konselor dan di pahami berbagai kemungkinaan penerapannya bagi pngembangan kegiatan belajar klien.
5.      Kepribadian
          Sering di katakan bahwa ciri seseorang adalah kepribadiannya. Dalam khasanah psikologi rumusan yang satu tentang kepribadian agaknya masih sulit di capai. Mengenai pengertian kepribadian ini, para ahli psikologi umumnya memusatkan perhatian pada faktor-faktor fisik dan genetika, berpikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan (Mussen & Rosenzweiq).
Wiggins, Renner, Clore, & Rose (1976) mengupas tentang kepribadian dengan melihat hakikat tingkah laku dan perkembangannya secara menyeluruh, para penulis melihat perlunya mengkaji faktor-faktor biologis, kenyataan eksperimental, pengaruh sosial, dan pendekatan psikometrik dalam upaya memahami kepribadian individu.
Meskipun Hothersall (1985) mencoba merumuskan kepribadian sebagai “Predisposisi cara meraksi yang secara relatif stabil pada diri individu”, namun dapat dipahami bahwa kepribadian individu itu amat kompleks. Dalam kaitan itu, konselor nubgkin cenderung tertarik pada tipologi kepribadian yang memberikan arah pada pemahaman terhadap ciri-ciri kepribadian tertentu, misalnya ciri-ciri kepribadian berdasarkan bentuk tubuh, sikap keterbukaan-ketertutupan, “cairan” yang ada pada tubuh, dan lain-lain
Uraian yang panjang lebar tentang landasan psikologis mengisyaratkan bahwa tidak mungkin bagi seorang konselor dapat berfungsi secara afektif dan tepat memanfaatkan kaidah-kaidah filsafat dan psikologis (Belkin,1976).















BAB III
PENUTUP
3.1  Simpulan
          Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan :
1.      Landasan bimbingan & konseling ini merupakan cara guru untuk memahami tingkah laku dan sikap yang aneh ada ketika proses belajar mengajar berlangsung.
2.      Landasan bimbingan & konseling meliputi : landasan filosofis, landasan religius, dan landasan psikologis.
3.      Landasan filosifis meliputi : hakikat manusia, tujuan dan tugas kehidupan.
4.      Landasan religius meliputi : manusia sebagai makhluk tuhan, sikap keberagamaan,  dan peranan agama.
5.      Landasan psikologis meliputi : motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, dan belajar, balikan dan penguatan.

3.2 Saran
          Gunakan landasan bimbingan & konseling ini sebagai pedoman untuk menilai sikap siswa di dalam kelas.
a.       Belajar menjadi guru mengerti keadaan bukan mengerti apa yang di lihat.
b.      Selalu menjadi guru yang bijaksana dalam mengambil setiap keputusan



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Landasan Filosofis Bimbingan Konseling. (Online). http://knowledgeisfreee.blogspot.co.id/2015/12/nakalah-landasan-filosofis-bimbingan.html. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016
Anonim. 2015. Landasan Psikologis Bimbingan Konseling. (Online). http://topictupic.blogspot.co.id/p/blog-page_1062.html. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016
Sugiarto, Icha. 2015. Landasan Religius Bimbingan Konseling. (Online). http://ichasugiarto.blogspot.co.id/2012/02/makalah-landasan-bimbingan-dan.htmlwww.ut.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016
Susanto, Diana. 2015. Landasan Filosofis Bimbingan Konseling. (Online). http://dianasusanto.blogspot.co.id/2013/12/makalah-landasan-dan-bimbingan-konseling.html. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2016


0 komentar :