KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “lingkungan
dan lembaga pendidikan”. Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas
dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
Pendidikan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.
Palopo, september 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR
ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang .................................................................................. 1
B.
Rumusan
masalah .............................................................................. 2
C.
Tujuan
penulisan ............................................................................... 2
D.
Manfaat
penulisan ............................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
lingkungan secara umum ................................................... 3
B.
Lingkungan
pendidikan ...................................................................... 4
C.
Lingkungan
pendidikan keluarga......................................................... 5
D.
Lingkungan
pendidikan sekolah ......................................................... 7
E.
Lingkungan
pendidikan masyarakat ................................................... 8
F.
Lembaga
pendidikan ......................................................................... 10
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
....................................................................................... 12
B.
Saran................................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara pendidikan adalah berbicara
tentang bagaimana membentuk karakter manusia sebagaimana yang
diinginkan.sedagkan karakter akan terbentuk oleh berbagai faktor, diantaranya
adalah lingkungan. Setiap orang berbeda karakternya, disebabkan oleh karena
mereka tumbuh dilingkungan yang berbeda.Dengan begitu peran lingkungan sangat
besar dalam membentuk perilaku seseorang.
Atas dasar kenyataan itu, maka
lingkungan pendidikan harus ditata dan dirawat hingga kelihatan bersih dan rapi.Lingkungan
harus dipandang sebagai bagian dari pendidikan.Lingkungan harus dijadikan faktor
penting untuk membentuk peribadi anak-anak atau mahasiswa yang belajar di
sekolah atau kampus.Sekolah atau kampus tidak boleh dibiarkan kotor dan tidak terurus.Lingkungan
pendidikan, selain harus bersih rapi juga semestinya terjaga keindahannya.Oleh
sebab itu sekolah atau kampus tidak boleh menampakan kekumuhan. Lembaga
pendidikan baik informal, nonformal maupun formal adalah tempat transfer ilmu
pengetahuan dan budaya. Melalui praktek pendidikan, peserta didik di ajak untuk
memahami bagaimana sejarah atau pengalaman budaya dapat di transformasikan
dalam zaman kehidupan yang akan mereka alami serta mempersiapkan mereka dalam
menghadapi tantangan dan tuntutan yang ada di dalamnya. Dengan demikian, makna
pengetahuan dan kebudayaan sering kali di paksakan untuk di kombinasikan karena
adanya pengaruh zaman terhadap pengetahuan jika di transformasikan.
Oleh karena itu lembaga pendidikan
nasional bertujuan mempersiapkan masyarakat baru yang lebih ideal, yaitu
masyarakat yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses
pembangunan bangsa. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan
bentuk budaya keilmuan sosial, ekonomi dan polotik yang lebih baik dalam
perspektif tertentu harus mengacu pada masa depan yang jelas. (pembukaan UUD
1945 alenia 4). Melaluai kegiatan pendidikan, gambaran tentang masyarakat yang
ideal itu di tuangkan dalam alam pikiran peserta didik sehingga terjadi proses
pembentukan dan perpindahan budaya, pemikiran ini mengandung makna bahwa
lembaga pendidikan sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial.
B. Permasalahan
Hal hal yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Pengertian lingkungan secara umum
- Pengertian lingkungan Pendidikan
- Lingkungan pendidikan keluarga
- Lingkungan pendidikan sekolah
- Lingkungan pendidikan masyarakat
- Bentuk-bentuk lembaga pendidikan
C. Tujuan
Makalah ini ditulis untuk menambah
pengetahuan tentang lingkungan
dan lembaga pendidikan. Mengenai apa saja yang terjadi dan bagaimana proses di lingkungan pendidikan. Tujuan yang
jelas adalah supaya mengetahui
yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan secara umum, lingkungan pendidikan,
lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, masyarakat dan lembaga pendidikan.
D.
Manfaat Penulisan
a. Bagi guru
Dengan materi lingkungan pendidikan ini dapat dijadikan guru
sebagai pedoman/rujukan pembinaan anak didik dalam rangka membentuk
kepribadian yang baik, serta dapat menyesuaikan dengan masyarakat.
b. Bagi anak didik
Materi lingkungan pendidikan dapat dijadikan sebagai
landasan pribadi bagi anak dalam rangka perkembangan pribadi diri sendiri dan
juga sebagai kontrol dalam pengembangan jiwanya.
c. Orang tua
Orang tua mempunyai peranan sangat penting dalam
perkembangan kepribadian anak oleh karenanya dengan materi tersebut dapat
dijadikan landasan dan pedoman guna menciptakan kepribadian anak yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lingkungan
secara umum
Lingkungan
adalah sesuatu yang berada diluar diri anak dan mempengaruhi
perkembanganya. Menurut Sartain (Ahli psikolog dari Amerika)
mengatakan bahwa yang dimaksud lingkungan sekitar adalah meliputi semua kondisi
dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku
manusia, pertumbuhan, perkembagan, kecuali gen-gen. Pendapat lain mengatakan
bahwa di dalam lingkungan itu tidak hanya terdapat sejumlah faktor pada sesuatu
saat, melainkan terdapat pula faktor-faktor lain yang banyak jumlahnya, yang
secara potensial dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Tetapi
secara actual hanya faktor-faktor yang ada di sekeliling anak tersebut yang
secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan tingkah laku anak.
Secara
Fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam
tubuh anak, seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem syaraf,
peredaran darah, pernafasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indoktrin,
sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani.
Secara
psikologis, lingkungan mencakup segala stimulasi yang diterima oleh individu
mulai sejak dalam konsepsi, kelahiran, sampai matinya. Stimulasi itu misalnya,
berupa sifat genus, interaksi genus, selera, keinginan, perasaan,
tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual.
Secara
sosio cultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dann kondisi
eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola
hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, letihan, pendidikan,
belajar, pengajaran, bimbingan dan penyuluhan adalah termasuk lingkungan
ini.(Wasty Sumanto, 1990:80).
Tonies
(1936) membedakan lingkungan menjadi:
1. Gemeinschaft (community –peguyuban) yaitu
kelompok atau kesatuan hidup bersama yang bersifat tradisional. Ada ikatan
kekerabatan, ikatan adat kebiasaan norma, pola tingkah laku.
2. Gesellschaft (Society – patembayan) yaitu
kelompok / kesatuan hidup bersama yang bersifat modern. Ada ikatan
formal-rasional dengan aturan-aturan yang ditentukan untuk mengatur kehidupan
bersama (kota, Negara, organisasi ekonomi, organisasi politik)
Lingkungan
merupakan salah satu faktor pendidikan yang ikut serta menentukan corak
pendidikan Islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap anak didik.
Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan yang berupa keadaan
alam sekitar yang dapat mempengaruhi pendidikan anak. Anak didik akan
untung apabila mendapat pengaruh yang bai, sebaliknya anak didik akan rugi
apabila mendapat pengaruh yang kurang baik.
B. Lingkungan
Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah suatu komponen sistem yang ikut menentukan suatu
keberhasilan proses pendidikan. Para pakar pendidikan berkorelasi positif terhadap
keberhasilan pendidikan seseorang. Seperti halnya suatu lingkungan yang baik
akan membuat orang baik dalam lingkungan tersebut, begitu pula sebaliknya.
Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda,
sumber daya, keadaan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya serta manusia dan
perilakunya yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dalam lingkungan
tersebut. Sedangkan lingkungan pendidikan adalah tempat berlangsungnya proses
pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Sehingga lingkungan
pendidikan dipilah menjadi 3, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat yang
disebut sebagai “Tripusat Pendidikan”.
Menurut Philip H. Coombs, Tripusat Pendidikan tersebut sering dirancukan dengan
pemilahan pendidikan yaitu pendidikan formal, informal dan nonformal.
Menurutnya pendidikan formal adalah pendidikan yang terprogram, terstruktur dan
berlangsung di sekolahan.Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak
terprogram, tidak terstruktur dan dapat berlangsung kapanpun dan
dimanapun.Sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan yang terprogram,
terstruktur dan berlangsung di luar persekolahan.
C. Lingkungan
Pendidikan Keluarga
Lingkungan pendidikan ini adalah lingkungan pendidikan utama, karena sebelum
manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, lembaga pendidikan inilah yang
pertama ada. Selain itu sejak manusia dalam kandungan dan mengalami proses
pendidikan hingga lahir dalam keluarga.
Dalam kajian antropologis manusia mengenal pendidikan sejak manusia
ada.Pendidikan itu berlangsung pada masyarakat yang masih
tradisional.Masyarakat yang tradisional memiliki struktur yang masih sangat
sederhana, sehingga horizon anak masih terbatas pada keluarga.Keluarga memiliki
fungsi produksi dan fungsi konsumsi sekaligus secara absolut.Kedua fungsi ini
sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak selanjutnya.
Masa depan anak pada masyarakat primitif sangat mudah diprediksi. Hampir dapat
dipastikan bahwa generasi anak nyaris sama dengan orang tuanya. Karena
kehidupan anak nyaris tidak terjadi perubahan. Misal sang orang tua seorang
petani, maka dapat dipastikan anak akan menjadi petani pula. Kondisi ini muncul
karena anak bagian dari keluarga.Orang tua masyarakat tradisional sangat
bertanggung jawab dalam mendidik anaknya, walau anaknya sudah menikah mereka
(orang tua) masih tetap bertanggung jawab dalam pendidikan anaknya.
Lain halnya pada keluarga modern yang cenderung bergantung pada pelayanan jasa
atau pihak lain untuk mendidik anaknya. Seperti lembaga sekolah, pengasuh,
organisasi sosial atau bahkan tempat kursus dan masih banyak lagi.
Sejumlah ahli menganggap hal ini sebagai fenomena negatif. Menurut mereka
fungsi alami orang tua terlebih ibu, tidak dapat didelegasikan kepada pihak
lain. Pendidikan keluarga sangatlah utama dibandingkan pendidikan sekolah.
Pendidikan keluarga ada 2, yaitu pendidikan prenatal dan postnatal. Pendidikan
prenatal adalah pendidikan sebelum lahir atau pendidikan dalam kandungan untuk
pembentukan potensi yang akan dikembangkan dalam proses pendidikan selanjutnya.
Wujud praktek pendidikan prenatal cenderung dipengaruhi oleh praktek-praktek
budaya yang tumbuh pada lingkungan secara turun-temurun.
Pendidikan prenatal sedapat mungkin menghindari terjadinya kelahiran anak yang
tidak diinginkan (unwanted child). Menurut Retno Sriningsih Satmoko, hal ini
akan mengalami berbagai kendala. Munculnya kelahiran anak yang demikian, tidak
hanya terjadi pada pasangan remaja pra nikah, tetapi juga dari pasangan
resmi.Seperti jenis kelamin atau jarak kelahiran anak yang tidak sesuai
keinginan orang tua, belum siap ekonomi, kegagalan kontrasepsi, kelahiran anak
yang keterbelakang mental, dan lain-lain.
Dasar
tanggung jawab keluarga terhadap anaknya meliputi hal-hal berikut:
a. Motivasi cinta kasih yang menjiwai
orang tua dengan anak
b. Motivasi kejiwaan moral sebagai
konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannnya. Tanggung jawab ini
meliputi nilai-nilai religius spiritual untuk memelihara martabat dan
kehormatan keluarga.
c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian
dari keluarga yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat.
Tanggung jawab kekeluargaan.
D. Lingkungan
Pendidikan Sekolah
Pada saat manusia dalam kehidupan primitif, manusia hanya mengenal pendidikan
keluarga dan pendidikan dalam masyarakat yang dikenal secara informal, kondisi
demikian dimungkinkan karena struktur sosial masyarakat belum kompleks sehingga
horizon anak sebagian besar masih dalam keluarga. Dalam proses pendidikan yang
dijalani bersifat spontan dan tidak melalui proses perencanaan yang matang.
Oleh karenanya para pelaku pendidikan baik anak, orang tua atau masyarakat
tidak menyadari adanya proses belajar mengajar. Dengan mengacu pendapat
Margaret Mead yang dikutip sastra prateja pendidikan pada waktu itu disebut
pasca-figuratif.Pendidikan pasca figuratif adalah pendidikan yang menekankan
peserta didik untuk meniru figur “pendidik”.Dengan demikian pendidik sifatnya
hanya konservatif.
Seiring berkembangnya peradaban masyarakat yang semakin kompleks dan
terspesialisasi, seorang anak memerlukan persiapan khusus untuk memasuki usia
dewasa. Dengan demikian secara objektif orang tua memerlukan lembaga tertentu
untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik yaitu yang disebut
sekolah.
Sekolah di Indonesia pada awalnya berupa pecantrikan.Peserta didiknya disebut cantrik
dan pendidiknya disebut guru atau suhu.Isi pendidikannya adalah agama (Hindu
dan Budha), olah kanuragan, dan juga kawijayan (bela diri), kesusastraan,
unggah ungguh atau etika.
Setelah Islam masuk ke Indonesia pecantrikan secara sinkritisme dikembangkan
menjadi pondok pesantren dari kata pondok pesantrian.Peserta didiknya disebut
santri dan pendidiknya disebut nyai atau kyai.Setelah orang Barat masuk ke
Indonesia, sistem pendidikan ikut terpengaruh karenanya.
Dalam perkembangan lebih lanjut pendidikan sekolah yang dikembangkan oleh
pemerintah karena dianggap lebih modern dan nasionalis (mampu menampung
berbagai perbedaan faham, golongan, agama, suku dan lain-lain). Dasar tanggung
jawab sekolah akan pendidikan meliputi 3 hal yaitu:
1. Tanggung jawab formal kelembagaan
sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan
yang berlaku (perundangan dalam pendidikan)
2. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan
bentuk, isi, tujuan dan jejang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh
masyarakat dan negara
3. Tanggung jawab fungsional adalah
tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksanaan pendidikan yang menerima
ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya.
Tanggung jawab-tanggung jawab tersebut merupakan pelimpahan sebagian tanggung
jawab orang tua dan masyarakat dalam bidang pendidikan.
E. Lingkungan
Pendidikan Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto, dalam setiap masyarakat baik yang sederhana maupun
yang kompleks, terbelakang atau maju pasti terdapat pranata-pranata sosial
(social intitutions). Ada 5 pranata sosial yang terdapat dalam sistem
masyarakat, yaitu:
- Pranata pendidikan
- Pranata ekonomi
- Pranata politik
- Pranata teknologi
- Pranata moral atau etika
Pranata pendidikan secara umum mempunyai tugas dalam upaya sosialisasi,
sehingga setiap warga masyarakat mempunyai kepribadian yang mendekati harapan
masyarakat bersangkutan.Pranata ekonomi bertugas mengatur upaya pemenuhan
kemakmuran hidup sehingga masing-masing anggota memperoleh kelayakan secara
ekonomis.Pranata politik bertugas menciptakan integritas dan stabilitas
masyarakat.Pranata teknologi berupaya menciptakan teknik untuk mempermudah
kehidupan manusia.Sedangkan pranata moral mengurusi nilai dan penyikapan atau
tindakan dalam pergaulan di masyarakat.
Masing-masing pranata sosial tersebut mempunyai hubungan interpedensi yang
kuat. Dalam rangka kepraktisan analisis, pranata pendidikan disatu pihak dan
pranata lain dipihak yang lain terlihat bahwa saat ini dirasakan adanya
kesenjangan antara sekolah dan masyarakat.
1.
Hubungan
Sekolah dengan Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat.Sehingga konsep masyarakat sebenarnya
juga merupakan dari masyarakat.Karena masyarakat merupakan himpunan dari keluarga-keluarga.Dalam
hal ini sangat diperlukan karena mahasiswa jalur kependidikan sebagai calon
guru harus mampu mengembangkan konsep dan aplikasi untuk mengakrabkan sekolah
dengan masyarakatnya.
a. Hubungan Transaksional antar Sekolah
dengan Masyarakat
Menurut Sanafiah Faisal (1980) dalam buku Daspend MKDK IKIP Malang, hubungan
sekolah dengan masyarakat dapat dilihat dari 2 segi, yaitu:
- Sekolah sebagai partner dalam fungsi pendidikan;
- Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan dari masyarakat.
Dari segi pertama menempatkan sekolah dan masyarakat dalam posisi yang sejajar
dalam hal menjalankan fungsi pendidikan.Keberhasilan pendidikan seseorang dalam
sekolah ditentukan juga oleh pengalaman dalam masyarakatnya.
Sedangkan dari segi yang kedua hubungan sekolah dengan masyarakat,
masing-masing memiliki hubungan rasional. Sekolah sebagai produsen dituntut
mengakomodasikan keinginan masyarakat akan pendidikan. Oleh karena itu, pihak
sekolah, guru dan pegawai administratif hendaknya melakukan usaha untuk
menciptakan hubungan harmonis.
Jons sebagaimana yang dikutip oleh Kartadinata untuk meningkatkan hubungan
sekolah dengan masyarakat, yaitu:
- aktivitas kurikuler siswa
- aktivitas para guru
- kegiatan ekstrakurikuler
- kunjungan orang tua siswa atau anggota masyarakat ke sekolah
- melalui media massa
b. Hubungan Transmisi dan Transformasi
Hubungan transmisi terjadi manakala sekolah berperan sebagai pewarisan
kebudayaan. Kebudayaan diartikan sebagai seperangkat ide, pola, tingkah laku,
dan benda yang dimiliki sekelompok masyarakat melalui proses belajar.
Kebudayaan ini diwariskan kepada generasi berikutnya melalui pembelajaran.
F.
Lembaga Pendidikan
Secara bahasa lembaga adalah suatu
organisasi dan pendidikan adalah usaha manusia dewasa dalam mengembangkan
potensi anak yang sedang berkembang untuk menjadi manusia yang berguna.Segala
kegiatan yang diarahkan dalam rangka mengembangkan potensi anak menuju
kesempurnaannya secara terencana, terarah, terpadu, dan berkesinambungan adalah
menjadi hakikat pendidikan.Untuk mencapai sasaran dan fungsi dimaksud maka
sistim persekolahan atau lembaga pendidikan menjadi salah satu wahana strategis
dalam membina sumber daya manusia berkualitas.
Peran yang dijalankan dalam rangka
mencapi fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana dinyatakan bahwa :
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Diantara lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
1.
Sekolah
Sekolah merupakan salah satu lembaga
penyelenggarapendidikan secara formal di Indonesia. Di dalamnya berlangsung
prosespendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukandirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
2.
Madrasah
Keberadaan madrasah sudah ada sejak
agama Islam berkembangdi Indonesia.Madrasah tumbuh dan berkembang dari bawah
dalam arti (umat Islam) sendiri yang didorong oleh rasa tanggung jawab untuk
mengamalkan ajaran agam Islam kepada generasi muda.Oleh sebab itu, madrasah
pada waktu itu lebih ditekankan pada pendalaman ilmu-ilmu Islam.
Pada saat ini kebijakan baru pemerintah menetapkankeberadaan
madrasah telah dipandang sebagai sekolah umum yang bercirikan agama Islam
dengan tanggung jawabnya mencakup:
· Sebagai lembaga pencerdasan
kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat muslim.
· Sebagai lembaga pelestarian budaya
ke-Islaman.
· Sebagai lembaga pelopor bagi
peningkatan kualitas masyarakat Indonesia.
3.
Pesantren
Pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam tertua di Indonesia.Pesantren difungsikan sebagai suatu
lembaga yang dipergunakan untuk penyebaran agama, tempat mempelajari agama
Islam, mengusahakan pembinaan tenaga-tenaga bagi pengembangan agama. Kemampuan
pondok pesantren bukan hanya dalam pembinaan pribadi muslim, melainkan dalam
usaha mengadakan perubahan social dan kemasyarakatan. Sebagai lembaga sosial
pesantren menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim, tanpa
membeda-bedakan tingkat sosial ekonomi orang tuanya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengertian
Lingkungan adalah sesuatu yang berada diluar diri anak dan mempengaruhi
perkembanganya. Lingkungan keluarga adalah lingkungan keluarga yang pertama
kali dalam membentuk kepribadian anak, makanya peran orang tua sangat penting
dan berpengaruh sekali terhadap perkembangan jasmani maupun rokhani.Model
pendidikan keimanan yang diberikan orang tua kepada anak, dituntut agar lebih
dapat merangsang anak dalam melakukan contoh perilaku orang tua.
Dapat
disimpulkan bahwa pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan
manusia.Pendidikan-pendidikan tersebut dapat kita peroleh dari lingkungan
sekitar kita, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta lingkungan
masyarakat.Dan tanpa kita sadari, kita telah mendapatkan pendidikan awal sejak
kita (manusia) masih berada dalam kandungan.
B.
Saran
Demikianlah
makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan berikutnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Daftar Pustaka
Achmad Munib dkk.2009.Pengantar
Ilmu Pendidikan.UPT UNNES Press.Semarang
Hamalik Oemar. Perencanaan pengajaran berdasarkan
pendekatan system. Bumi Aksara. 2005 Jakarta
Dr. Syafaruddin, M.Pd, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam,
hal 203 tahun 2005
Dr.H.S. Koswara dan Ade Yeti Nuryatini, S.Pd. Manajemen
lembaga pendidikan hal 28, 2002